Ada empat hal yang biasa dilakukan para pemain untuk menjaga performa burung lomba di musim hujan, yaitu menggenjot extra fooding (EF) khususnya menjelang lomba, selalu menyimpan burung di ruang yang hangat, rutin memberikan multivitamin agar burung kondisi tubuhnya selalu fit, serta pemanfaatan kandang umbaran. Tips ini tentu juga dapat diterapkan pada burung rumahan. Sebab, bukankah kita memelihara burung di rumah juga untuk didengar suara kicauannya?
Tips menjaga performa burung lomba di musim hujan ini berdasarkan pengalaman sejumlah pemain yang sering turun ke arena lomba, sebagaimana pernah dimuat Tabloid Agrobur No 705 – Minggu IV November 2013.
Mengingat musim hujan masih akan berlangsung hingga Maret / April tahun depan, dan puncaknya akan terjadi pada Januari – Februari 2014, KMN merasa perlu membagikan tips ini kepada para kicaumania di seluruh Indonesia.
Kalau dikelompokkan berdasarkan kebiasaan para pemain dalam menjaga performa burungnya pada musim hujan, maka ada empat hal yang biasa mereka lakukan, sebagaimana disebutkan pada bagian awal tulisan ini. Berikut penjelasannya.
1. Menggenjot Extra Fooding (EF)
Menurut Andi Dwirasa, kicaumania asal Bali dan pemilik 'Kacer' jawara bernama Dewa Racun, pemain harus berani mengambil sikap dalam perawatan burungnya agar tetap top form selama musim hujan berlangsung.
“Jika hujan berturut-turut turun, disertai udara dingin, EF meski dinaikkan. Apalagi menjelang lomba, sejak Kamis mesti sudah dilakukan penggenjotan,”ujarnya.
Tetapi jika cuaca kembali panas dan itu berlangsung agak lama, EF jangkrik segera diturunkan. Sebab hal ini bisa membuat burung mangap-mangap.
“Pokoknya, bagaimana pemilik atau perawat burung pintar-pintar melihat cuaca dan kondisi burung. Cuaca tidak menentu membuat kita tidak bisa hanya berpegang pada patokan baku, karena bisa membuat burung malah tidak nampil,” tambah Andi Dwirasa.
Hal senada diungkapkan Joko SM, yang mengoleksi sejumlah gaco yang sering tampil dalam berbagai even di Bali dan Jawa. “Pemain harus punya keberanian untuk menaikkan EF ketika cuaca dingin atau hujan berturut-turut. Sebaliknya, cepat melihat kondisi burung apabila panas tiba-tiba menghentak,” kata ketua Tabanan BC itu.
2. Menyimpan burung di ruangan hangat
Namun tak semua pemain sepakat dengan penggenjotan EF. D’Yan, misalnya, tetap konsisten dalam porsi pemberian EF, terutama untuk Muray Batu. Sebab murai batu yang sering tampil di lapangan itu justru membutuhkan EF yang konsisten agar kualitas suaranya tidak berubah.
Dia tidak mau menggenjot EF, karena bisa berakibat fatal pada masa-masa mendatang. “Agar burung tidak drop oleh suhu dingin, sebaiknya disimpan dalam ruangan hangat. Burung yang ditaruh di luar, meski dikerodong, tetap bisa mengalami kedinginan, apalagi jika jangkriknya minim,” ujarnya.
Sekadar catatan dari Om Kicau, burung sebenarnya sudah punya sistem pengaturan suhu atau biasa disebut thermoregulasi. Burung, juga mamalia, adalah binatang endoterm di mana panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme.
Dengan demikian, suhu tubuh burung sebenarnya relatif lebih konstan daripada binatang ektoterm seperti invertebrata, ikan, amfibi, dan reptil yang panas tubuhnya tergantung dari suhu lingkungan.
Ketika hujan sering turun, apalagi disertai udara dingin, burung sebenarnya dapat mengatur sendiri panas tubuhnya. Tetapi diperlukan energi sangat besar, dan itu bisa membuat performa kicauannya menurun.
Sebagai gambaran, ketika cuaca dingin, kita sering merasa lapar (kalau panas, sering haus, he.. he.. he..). Sebab sebagian besar energi digunakan untuk melawan hawa dingin di dalam tubuh, sehingga energi kita terkuras. Sebagaimana mamalia dan burung, manusia pun termasuk makhluk berdarah panas alias endoterm.
Karena itu, beberapa pemain lebih menyukai menyimpan burungnya di ruangan hangat ketika hujan turun, cuaca mendung, dan sering berembus angin kencang. Jika mau ditaruh di luar rumah, seperti teras, sebaiknya dalam kondisi dikerodong.
Banyak sekali burung jawara, terutama murai batu, kacer, dan Cendet, yang sulit tampil ketika arena lomba dalam kondisi mendung, hujan deras, dan disertai angin kencang. Murai batu sekaliber Happy Birthday dan Super Bedjo pun pernah gagal nampil dalam kondisi tersebut.
3. Memberikan multivitamin
Musim hujan seringkali membuat burung, terutama Cucak hijau sulit nampil. Banyak kasus di mana burung justru asyik merapikan bulu (didis) ketika lomba sedang berlangsung. Salah satu sebabnya, burung sedang tidak fit, akibat pengaruh cuaca.
H Tri Hantoro, kicaumania senior dari Kalimantan Timur, punya tips sendiri untuk menyiasati kondisi cuaca seperti itu. Selain menambahkan EF untuk gaconya, dia rutin memberikan multivitamin.
Hal senada juga diungkapkan Joko TB, mekanik Berkah SF Cirebon, yang dikenal karena memiliki sejumlah Lovebird jawara. Gaco Berkah SF belakangan ini terus moncer di berbagai even, misalnya Alphard yang kini memimpin klasemen sementara Liga Ronggolawe Jabar, Fortuner, Ferrari, dan BMW.
Berkat multivitamin, kata dia, gaco-gaconya tetap berprestasi meski cuaca sedang tidak bersahabat, seperti turun hujan dan dibarengi angin kencang. Pemberian multivitamin dilakukannya setiap pagi untuk setiap burung lomba.
“Selain untuk menghangatkan tubuh, multivitamin dapat menjaga agar kondisi fisik burung tetap fit, sehingga burung tidak mudah terserang penyakit,” kata Joko TB.
Banyak merek multivitamin di pasaran, silakan pilih yang terbaik menurut Anda.
Dalam cuaca normal, selalu menganjurkan penggunaannya cukup 2-3 kali seminggu. Tetapi selama musim hujan, frekuensi pemberian bisa ditingkatkan menjadi 4-5 kali seminggu mengingat kondisi cuaca yang tak menentu.
Khusus untuk burung lomba, usahakan Multivitamin diberikan setiap hari sejak H-2 (Jumat) sampai Minggu pagi sebelum dibawa ke lapangan. Selebihnya, multivitamin dapat diberikan hari Senin dan Rabu, atau Selasa saja. Yang penting, frekuensi pemberian yang semula 2-3 kali diubah menjadi 4-5 kali seminggu.
Kelak, jika sudah musim kemarau, frekuensi pemberian multivitamin bisa dinormalkan kembali menjadi 2-3 kali seminggu.
4. Memanfaatkan kandang umbaran
Karena intensitas matahari tidak terlalu tinggi, para pemilik burung sering mengalami kendala ketika hendak menjemur burungnya. Mau dijemur, sinar matahari seperti bersembunyi. Ketika cuaca mulai bagus, burung baru sebentar dijemur, tiba-tiba mendung, gerimis, dan hujan.
Untuk menyiasati hal ini, beberapa pemain seperti Tri Hantoro memanfaatkan kandang umbaran. Tujuannya, burung bisa sering terbang, sehingga suhu tubuhnya kembali hangat. Ini bisa menjadi alternatif ketika cuaca terus mendung, dan burung kehilangan kesempatan dijemur.
Jika tidak ada kandang umbaran, Anda bisa juga menggunakan sangkar berukuran besar seperti yang biasa digunakan murai batu. Jika terapi tersebut dikombinasi dengan peningkatan porsi kroto dan jangkrik, serta pemberian multivitamin secara rutin, tentu sangat membantu menjaga performa burung lomba.
Itulah empat hal yang bisa dilakukan untuk menjaga performa burung lomba di musim hujan, yang juga bisa diterapkan untuk burung rumahan. Khusus mengenai peningkatan porsi EF, memang masih terjadi silang pendapat. Silakan disikapi sendiri secara bijak.
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Menjaga Performa Burung Lomba Di Musim Hujan"
Post a Comment